Rabu, 29 September 2010

HP: ANTARA MISI PERUTUSAN KRISTUS DAN KONTEKSTUALISASI PEWARTAAN



1. Pendahuluan
 Kemajuan yang terjadi di masa ini menunjukkan keberhasilan manusia akan  pemfungsian akal budinya untuk memanusiakan dunia; menggunakan kemungkinan-kemungkinan yang disediakan (diciptakan) untuk memajukan kehidupan manusia demi kebahagiaan manusia sendiri.1 Ada banyak hal yang dapat kita lihat, dengar, dan rasakan di sekitar kita, semuanya berubah dengan begitu cepat. Salah satu hal yang paling menonjol dan banyak menimbulkan perdebatan di kalangan kaum religius adalah perkembangan teknologi HP (Hand Phone).
            Di satu sisi kaum religius mengikuti amanat Yesus dengan sebuah pewartaan tanpa terikat dengan barang duniawi tetapi di sisi lain kaum religius mesti mengenal konteks di mana mereka berada. Lantas haruskah kaum religius menerimanya sebagai tantangan sementara mereka diam tetapi bermain di belakang layar? Adakah HP berguna atau tidak, tidak boleh di kalangan kaum religus atau boleh memakainya dengan alasan memperlancar proses pewartaan? Sebuah sikap mesti diambil.

2. Mengikuti Kristus
         Mengikuti Kristus berarti, suatu upaya untuk bersikap dalam situasi eksistensialnya sama seperti sikap Yesus dalam situasi eksistensialnya. Ini tidak berarti kita mengkopi, meniru gerak-gerik atau apa yang dilakukan Yesus. Waktu kita dan waktu Yesus terbentang jauh dalam perhitungan sejarah. Sebenarnya cara manusia berhubungan dengan sejarah selalu berubah. Suatu sikap yang dibutuhkan dari kita adalah bagaimana kita hadir dalam situasi konkret itu. Bagaimana kita meneladani sikap Yesus seperti, memihak korban ketidakadilan, penolakan terhadap ambisi kekuasaan serta dukungan pada segala hal yang memungkinkan gaya hidup bersama yang ditandai partisipasi, persaudaraan dan keterbukaan kepada Allah. Atau juga bagaimana kita menolak segala bentuk pengaruh buruk dari perkembangan teknologi khususnya HP yang merusak kepribadian dan moral manusia dalam hal ini kaum religius itu sendiri.2
         Lukas sendiri dalam Injilnya menegaskan kembali kata-kata Yesus dalam ajakan-Nya bagaimana mengikuti Dia. “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku” (Luk. 9: 23). Yesus ingin para pengikut-Nya meninggalkan segala hal yang berbau duniawi demi sebuah pewartaan. Ia ingin pengikut-Nya meninggalkan segala tuntutan kodrati manusiawinya dan menerima semangat pewartaan yang diinginkan Yesus yaitu tanpa keterikatan, menyangkal diri dan memikul salibnya.
         Yesus ingin pengikut-Nya siap diutus dengan kerelaan tanpa paksaan atau dengan menoleh ke belakang. Mengikuti Yesus dengan setia juga berarti selalu bersama Yesus memikul salib dan menjadikan Dia sebagai andalan. Memikul salib di sini adalah setia, sabar, bertanggung jawab, tahan uji, tidak putus asa, rela berkorban dalam misi perutusan. Kaum terpanggil di harapkan menghadapi setiap tantangan dalam Kristus karena Kristus yang bangkit hadir dan berkarya dalam mereka yang meneruskan karya-Nya dalam rentangan sejarah, mangamalkan apa yang diperjuangkan-Nya dalam berbagai bidang kehidupan.3

3. Yesus dan Misi Perutusan-Nya
         Allah yang nyata dalam Putera-Nya Yesus Kristus adalah pengutus dan Gereja adalah alat-Nya. Gereja yang dimaksud adalah jemaat Kristen yang berusaha mewartakan karya keselamatan Allah yang diwariskan Kristus melalui para murid-Nya. Dalam misiologi Katolik dikatakan Allah adalah pengutus tetapi karena kewibawaan dan peran yang diberikan kepada Gereja serta hirarkinya maka Gerejalah yang menjadi pelaksana tugas pewartaan Injil itu. Paus menyerahkan tugas itu kepada Uskup, para Uskup menyerahkannya kepada Para Imam atau Misionaris.4
         Salah satu pesan Yesus bagi kedua belas murid yang diutus-Nya adalah, jangan membawa apa-apa dalam perjalanan, jangan membawa tongkat atau bekal, uang, juga dua helai baju (Luk. 9: 3). Yesus ingin para pewarta dalam hal ini kaum religius harus bebas, tanpa pertahanan diri, dan tidak terkesan mengumpulkan harta. Pembebasan diri ini menjadi hal yang mesti ditekankan terutama dengan berbagai hal-hal duniawi yang membahayakan bagi kaum religius. Pembebasan diri diperlukan karena kaum religius adalah tokoh yang berperan dalam melakukan pembebasan manusia dari dosa sebagai kelanjutan usaha Kristus sendiri.5
         Kaum religius yang adalah tokoh penerus Yesus Kristus hendaknya sebijaksana mungkin menilai dan menelaah, serta mempertimbangkan segala hal yang timbul dalam diri mereka guna menghadapi persoalan yang diberikan oleh dua jaman yang berbeda. Yesus menghendaki bukan sebuah pewartaan dengan keterpaksaan tetapi sebagai sebuah pengorbanan diri yang tulus bagi pewartaan itu. Kaum religius di panggil untuk siap diutus ke tengah-tengah kawanan serigala.

4. HP: Tantangan dan Pengaruhnya Bagi Kaum Religius Dalam Mewujudkan Misi Perutusan Kristus
         Kaum religius telah diberi tanggung jawab khusus melalui struktur hirarki Gereja untuk melanjutkan karya dan misi perutusan Yesus. Karya Yesus yang terjadi ribuan tahun yang lalu, dibawa dan digemakan terus sepanjang jaman dalam situasi dan konteks tertentu. Kita bukan hidup di jaman Yesus, atau kita bukan orang Yahudi. Kita adalah kita yang hidup di jaman kita sendiri. Jaman yang mempunyai nilai kehidupannya tersendiri. Jaman yang senantiasa lebih menunjukkan taring daripada hati, otak daripada nurani, kekuasaan daripada kerendahan hati. Jaman di mana manusia berhamba pada harta dan mesin-mesin yang merupakan daya imajinasi dan kreasi manusia itu sendiri.
         Menghadapi berbagai persoalan dan masalah yang ditimbulkan dalam proses pewartaan, Gereja berusaha mengambil sikap lewat kontekstualisasi pewartaannya. Kontekstualisasi adalah sebuah istilah yang dianggap lebih relefan sebagai paradigma dan kerangka berteologi, yang dapat mencakup konteks masa lampau, masa kini dan masa depan. Pada hakikatnya kontekstualisasi teologi adalah upaya untuk mempertemukan secara dialektis, kreatif dan eksistensial teks dan konteks, kerigma yang universal dan kenyataan hidup yang konkret. Dengan kata lain ini merupakan upaya untuk meneruskan upaya iman Kristiani pada konteks ruang dan waktu tertentu.6
         Akan tetapi persolan utama kontekstualisasi adalah bagaimana mempertemukan teks dan konteks. Kita berada pada konteks yang benar-benar berbeda dengan konteks Yesus. Kita bukan berasal dari jaman di mana Yesus ada, oleh karena itu proses pewartaan itu haruslah berjalan sesuai dengan konteks di mana kita berada. Kita hidup di tengah kemajuan teknologi, bukankah kita bisa menempatkan pewartaan itu dalam konteks kita? Lantas bagaimana dengan HP? Apakah dalam konteks pewartaan kita jaman ini sama sekali tidak melibatkan HP?
a.      HP: Sebuah Tantangan Untuk Jaman Ini
Jaman yang terus berubah memberi warna tersendiri bagi kehidupan di dunia ini, baik kepada alam, binatang maupun kepada manusia. Manusia sebagai makluk yang ditempatkan paling tinggi sejak awal penciptaan berusaha memberi variasi pada alam ini. Manusia dengan kemampuan akalnya berusaha menciptakan kemudahan-kemudahan yang bisa membantu kelancaran proses dalam meghidupi kehidupan yang sifatnya sementara ini. Tetapi suatu problem lain justru muncul, manusia banyak menyalahgunakan hasil ciptaannya sendiri. Manusia justru menjadi hamba dari ciptaannya sendiri.
Akan tetapi ciptaan-ciptaan manusia yang dapat memberi kemudahan bagi kehidupan ini dapat juga menyulitkan, memperlancar juga menghambat. Sebagai salah satu contoh misalnya teknologi nuklir yang bisa memberi tenaga listrik dan memudahkan kerja manusia ternyata dapat menghasilkan senjata pamungkas yang juga digunakan untuk memangkas umur dan hidup manusia. Belum lagi di berbagai negara yang merasa dirugikan oleh polusi limbah nuklir.7
Atau persoalan lain dari berbagai bentuk ciptaan manusia yang dapat memberikan keuntungan bagi manusia tetapi juga dapat merugikan adalah HP. HP yang banyak beredar didesain dengan berbagai fariasi, ukuran dan dengan tipe-tipe tertentu. Mulai dari yang  hanya bisa untuk sms hingga bisa digunakan untuk memotret. Melalui telepon seluler dapat juga mengawasi keadaan rumah, kantor, juga bagi para istri yang mau mengawasi gerak-gerik suaminya setiap saat dan di manapun. Kemudahan lain juga dapat mengunci rumah, merekam, naik kereta api atau pesawat tanpa tiket, menyewa film, belanja dan kegaitan lainnya.8
Akan tetapi dari kemudahan itu banyak hal negatif yang ditimbulkan dalam proses penggunaan HP. Sebagai contoh adalah peredaran gambar porno dan filmnnya secara ilegal di kalangan masyarakat. Atau juga para pencuri profesional bisa menggunakan HP untuk membobol bank ataupun rumah. Dalam kenyataannya memang HP banyak disalahgunakan oleh para pemakainya. Bukan hanya berbicara tetapi untuk urusan judi ataupun selingkuh HP menyediakan tempat yang paling enak tapi juga edan.
b.      HP: Pengaruhnya Terhadap Kaum Religius
1. Pengaruh Positif
   Sebagaimana kita ketahui dan telah di ulas di atas, HP di masa sekarang seakan wajib digunakan oleh setiap orang. Ada rasa sakit tersendiri bagi seseorang bila tidak menggunakan HP seperti rasa minder, malu, dan punya rasa ketertinggalan mengenai alat-alat teknologi alias butek (buta teknologi). Dengan HP orang tak perlu lagi harus berlari untuk memanggil orang lain bila ada keperluan mendadak meskipun ia berada sekota atau selingkungan dengannya. Hal lain juga misalnya, dengan adanya HP segala kebutuhan dan komunikasi dengan sanak saudara yang di tempat jauh dapat terjangkau. HP dapat membina rasa kekeluargaan yang mendalam.
   Bukan suatu halangan bagi kaum religius untuk menggunakan HP. Apalagi hidup di jaman serba bisa yang punya kesibukan tersendiri, HP menjadi satu-satunya alat penghubung yang mampu memecahkan kesulitan komunikasi jarak jauh. Bagi imam-imam atau kaum religius yang berkarya di kota besar HP sulit untuk tidak menjadi salah satu kebutuhan. Umat yang ingin melakukan konsultasi dan malas menemui pastornya mempunyai kepuasan tersendiri melakukannya melalui HP. HP juga bermaanfaat dalam informasi pastoral yang mendadak dan harus diketahui oleh umat atau seorang pastor mengenai keadaan paroki/keuskupan atau juga mengenai kunjungan pastoral dan lain sebagainya.
2. Pengaruh negatif
      Kemajuan teknologi di bidang apa pun kadang memberi dampak kurang baik bila secara sengaja digunakan untuk maksud kurang baik, tak terhitung berapa banyak korban penggandaan nomor HP dan penipuan melalui SMS. Belum lagi munculnya aneka bisnis yang akhirnya tak jelas dalam berupa uang, peredaran film dan gambar porno. Ada pula orang-orang yang menggunakan fasilitas caller line indentification restriction (CLIR), untuk meneror orang lain, ia sendiri aman-aman saja karena nomor telepon selulernya disembunyikan/ tidak dimunculkan di layar telepon seluler penerima, hingga identitasnya tidak dapat diketahui/sulit dilacak.9
      Bukan tidak mungkin kaum religius yang termasuk dalam daftar penipuan, teror oleh penelepon/sms gelap, serta korban penggandaan nomor. Akan tetapi yang begitu memberatkan kaum religius masa kini adalah apabila kaum religius justru terjebak dalam permainan HP. Seperti bisnis transfer uang, atupun bisnis-bisnis terselubung lainnya. HP lebih banyak menawarkan hal yang begitu menarik tetapi berbahaya bagi kaum religius terutama yang masih berada di bangku pendidikan. Bukan tidak mungkin di usia-usia muda calon-calon kaum religius banyak yang terlibat dalam permainan kotor melalui HP. Adalah suatu hal yang baik bila ijin penggunaan HP di komunitas-komunitas religius perlu dikaji ulang.

5. HP: Kontekstualisasi Pewartaan dan Kesadaran Manusia
            Menanggapi situasi jaman yang kian berubah maka pewartaan mulai ditingkatkan dengan melakukan kontekstualisasi pewartaan. Namun tidak sedikit halangan yang dijumpai dalam manjalankannya. Ada semacam bahaya dalam proses kontekstualisasi yaitu, bila tidak menjalankannya maka pewartaan menjadi tidak relevan, akan tetapi bila dilakukan dengan terlalu bersemangat akan terjadi kompromi dan sinkretisme.10
            Demikian pula dalam menanggapi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sebenarnya tidak selalu membawa dampak negatif. Dalam banyak hal dapat menjadi pelancar perwujutan misi para imam. Dengannya orang mampu menerima pewartaan dengan cepat. Maka kemampuan untuk menggunakan sarana-sarana itu termasuk dalam potensi-potensi yang bisa diaktualisasikan demi perwujudan Kerajaan Allah.
Yang perlu disadari adalah perkembangan itu membentuk suatu pembedaan yang sangat tipis antara yang gelap dan yang terang. Yang terang akan mempercepat proses pencapaian visi seorang imam tetapi yang gelap akan menghambat karya pastoral yang berdampak negatif pada efektifitas visi profetis-pastoralnya.11 Maka satu satunya yang mungkin dalam menghadapi kedua bahaya ini adalah kontekstualisasi yang setia baik kepada budaya, perkembangan ilmu dan teknologi maupun  kepada kewibawaan Alkitab. Kesadaran manusia dalam menggunakan dan menghadapi berbagai kemungkinan perkembangan teknologi sangat dibutuhkan.
Dalam proses perkembangan pembinaan calon imampun alangkah baiknya bila hal ini diperhatikan dan disadari. Salah satunya adalah berkaitan dengan pengunaan HP di komunitas. Bukan berarti bahwa semua anggota komunitas dilarang menggunakan HP, tetapi mengenai aturan penggunaan misalnya harus mempunyai aturan yang jelas. Hal ini tidak hanya berlaku pada calon-calon saja tetapi juga bagi para pembina.
Sebut saja misalnya sebuah komunitas besar memiliki banyak anggota, sudah pasti kebutuhan akan informasi khusunya melalui HP sangat dibutuhkan. Namun alangkah lebih baiknya bila dalam tiap kelompok atau kelas punya satu pembina/prefek yang mengatur jalur komunikasi melalui HP. Jadi dalam komunitas hanya memiliki bebrapa HP saja dan yang memegangnya adalah pembina sementara calon-calon menggunakan di saat membutuhkannya.

6. Kata Akhir.
Perkembangan jaman memang tak bisa ditolak karena semuanya demi manusia itu sendiri. Akan tetapi banyak manusia yang justru jatuh terseret dalam arus jaman yang menyesatkan itu. Manusia yang menciptakan banyak kemudahan akhirnya menemukan juga kesulitan akan barang ciptaannya sendiri. Hal ini banyak disebabkan oleh penyalahgunaan alat-alat itu sendiri, khususya mengenai penyalahgunaan HP yang diangkat dalam tulisan ini.
Demikian halnya juga yang menjadi ancaman bagi kaum religius. Banyak kaum religius yang terseret dalam arus jaman, khususnya menmgenai penyalahgunaan pemakaian HP. Berbagai kontroversi dan polemik muncul menyikapi berbagai hal mengenai pantas dan tidaknya kaum religius memiliki HP. Kaum religius ditantang antara tanpa membawa pundi-pundi sama sekali atau tetap konsisten pada kontekstualisasi pewartaan.
Namun segala sesuatunya kembali ke dalam diri kaum religius sendiri baik dari jenjang pembentukan maupun yang sudah tertahbis. Hanya sebuah kebijaksanaan yang dapat mencapai suatu perubahan dalam konteks pewartaan jaman ini. Ini tidak berarti kaum religius hanya duduk untuk berdebat kebijkaan macam apa yang mesti dicapai. Salah satu pilihan yang mesti diambil adalah tinjau ulang mengenai kepemilikan HP dalam komunitas religius. Memiliki dalam batas tertentu mungkin suatu tawaran yang bisa dilakukan. Kontekstualisai pewartaan tidak berarti mengiyakan segala sesuatu umtuk dijadikan media pewartaan.

Catatan Belakang


    1R. Ceme. Teologi Fundamental (Hanya Untuk Kuliah). STFK Ledalero. pp.159-160.
       2Leonardo Boff. Yesus Kristus Penebus (Maumere: LAPBJ, 2005), pp. 43-44.
       4Wilhelm Julei Conterius. Teologi Misi Milenium Baru (Maumere: Ledalero, 2007), p. 4.
       5Guido Tisera. Yesus Sahabat di Perjalanan, Membaca dan Merenungkan Injil Lukas (Maumere: Ledalero 2003), p. 4
       6W. J. Conterius, op. cit., p. 16.
       7R. Ceme, op. cit., p. 160.
       8Info Tempo Teknologi Informasi, Semakin Nyata di Depan Mata dan Ponsel Buka Pintunya, Tempo, (Edisi 16-22 Juli, 2007), 68-77.
       9Kodo Marui. Kolom Kita HP & S4  (online), 2007, (http://www.kompas.com/ver1/kesehatan/0609/20/090011.htm, diakses 12 September 2007)
       10David Heselgrave dan Edward R. Kontekstualisasi Makna, metode dan Model (Jakarta: BPK Gunung Mulia), p. 76.
       11Hendrikus Nong. Datanglah KerajaanMu Visi Provetis-Pastoral Imam Diosesan. Biduk Majalah Seminari Tinggi Ritapiret, XLIV (Edisi I. Thn. Sept-Des 2005) 78-79.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar